News

Oktober, Impor Meroket 23,66% dan Ekspor Tumbuh Tipis 3,59%

Jakarta, CNBC Indonesia – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan realisasi ekspor, impor dan data neraca perdagangan Oktober 2018.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan ada empat komoditas yang mengalami peningkatan harga dari September 2018 ke Oktober 2018. Empat komoditas tersebut yaitu, tembaga, perak, seng, dan emas. Sementara komoditas non migas yang turun antara lain minyak kernel, batu bara, dan minyak sawit.

EKSPOR :

Suhariyanto mengungkapkan ekspor pada Oktober 2018 mencapai US$ 15,80 miliar atau tumbuh 3,59% (year on year).

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan neraca perdagangan Oktober 2018 defisit tipis di US$ 62,5 juta.

Ekspor diramal tumbuh dalam kisaran terbatas yaitu 1,4% year-on-year (YoY). Kemudian impor diproyeksikan masih tumbuh dua digit yaitu 10%.

“Untuk ekspor non-migas mencapai US$ 14,32 miliar pada Oktober 2018,” kata Suhariyanto.

Nilai ekspor migas secara year on year turun 0,44%, pertanian anjlok 9,52%, pertambangan terkoreksi 1,58%. Sementara yang mengalami peningkatan adalah industri pengolahan naik 5,71%. “Jadi secara total ekspor naik 3,59% year on year,” kata Suhariyanto.

Berikut abstraksi ekspor di Oktober 2018 :

Nilai ekspor Indonesia Oktober 2018 mencapai US$15,80 miliar atau meningkat 5,87% dibanding ekspor September 2018. Demikian juga dibanding Oktober 2017 meningkat 3,59%.

Ekspor nonmigas Oktober 2018 mencapai US$14,32 miliar, naik 4,99% dibanding September 2018. Demikian juga dibanding ekspor nonmigas Oktober 2017, naik 4,03%.

Secara kumulatf, nilai ekspor Indonesia Januari-Oktober 2018 mencapai US$150,88 miliar atau meningkat 8,84% dibanding periode yang sama tahun 2017, sedangkan ekspor nonmigas mencapai US$136,65 miliar atau meningkat 8,73%.

Peningkatan terbesar ekspor nonmigas Oktober 2018 terhadap September 2018 terjadi pada perhiasan/permata sebesar US$294,1 juta (82,24%), sedangkan penurunan terbesar terjadi pada bijih, kerak, dan abu logam sebesar US$199,4 juta (42,03%).

Menurut sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan Januari-Oktober 2018 naik 5,73% dibanding periode yang sama tahun 2017, demikian juga ekspor hasil tambang dan lainnya naik 27,46%, sementara ekspor hasil pertanian turun 8,46%.

Ekspor nonmigas Oktober 2018 terbesar adalah ke Tiongkok yaitu US$2,17 miliar, disusul Amerika Serikat US$1,53 miliar dan India US$1,33 miliar, dengan kontribusi ketganya mencapai 35,15%. Sementara ekspor ke Uni Eropa (28 negara) sebesar US$1,39 miliar.

Menurut provinsi asal barang, ekspor Indonesia terbesar pada Januari-Oktober 2018 berasal dari Jawa Barat dengan nilai US$25,45 miliar (16,87%), diikut Jawa Timur US$16,18 miliar (10,72%) dan Kalimantan Timur US$15,41 miliar (10,21%).

IMPOR :

Sementara untuk Impor, Suhariyanto mengatakan selama Oktober 2018 impor tumbuh 23,66% (year on year) mencapai US$ 17,62 miliar.

“Impor migas US$ 2,91 miliar sedangkan impor non migas US$ 14,71 miliar,” kata Suhariyanto.

Suhariyanto mengatakan, impor yang tumbuh paling kencang adalah barang modal yakni 28,58% year on year. Adapun impor barang konsumsi meningkat 20,04% dan bahan baku/penolong tumbuh 23,10%.

Berkut abstraksi impor di Oktober 2018 :

Nilai impor Indonesia Oktober 2018 mencapai US$17,62 miliar atau naik 20,60% dibanding September 2018, demikian juga jika dibandingkan Oktober 2017 naik 23,66%.

Impor nonmigas Oktober 2018 mencapai US$14,71 miliar atau naik 19,42% dibanding September 2018 dan juga meningkat 22,17% dibanding Oktober 2017.

Impor migas Oktober 2018 mencapai US$2,91 miliar atau naik 26,97% dibanding September 2018. Demikian juga apabila dibandingkan Oktober 2017 meningkat 31,78%.

Peningkatan impor nonmigas terbesar Oktober 2018 dibanding September 2018 adalah golongan mesin dan pesawat mekanik sebesar US$363,2 juta (16,65%), sedangkan penurunan terbesar adalah golongan perhiasan/permata sebesar US$75,4 juta (45,12%).

Tiga negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari-Oktober 2018 ditempat oleh Tiongkok dengan nilai US$36,62 miliar (27,87%), Jepang US$15,08 miliar (11,47%), dan Thailand US$9,22 miliar (7,02%). Impor nonmigas dari ASEAN 20,29%, sementara dari Uni Eropa 8,95%.

Nilai impor semua golongan penggunaan barang baik barang konsumsi, bahan baku/penolong dan barang modal selama Januari-Oktober 2018 mengalami peningkatan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya masing-masing 25,71%, 22,15%, dan 28,08%.

Sumber : cnbcindonesia.com