Freeport Kirim Alat Tambang ke Luar Negeri Sejak 2018
Jakarta, CNN Indonesia — PT Freeport Indonesia mengaku mulai mengirim sejumlah peralatan tambang ke sejumlah perusahaan Freeport lainnya di luar negeri, khususnya Amerika Selatan dan Amerika Utara. Pengiriman alat tambang tersebut dilakukan seiring berakhirnya masa penambangan Grasberg secara terbuka (open pit) di wilayah Tembagapura, Mimika, Papua.
Juru Bicara Freeport Indonesia Riza Pratama mengatakan dengan berakhirnya operasi penambangan Grasberg open pit, maka sejumlah peralatan tambang terbuka seperti truk tambang berkapasitas besar (haul truck) sudah tak efektif. Pasalnya, Freeport Indonesia kini tengah berkonsentrasi pada pengembangan operasi tambang bawah tanah (underground mining).
“Saya dengar memang ada pengiriman haul truck itu. Grasberg ini memang sebentar lagi akan selesai masanya. Sekarang memang masih berproduksi tapi sudah tahap final atau hampir selesai,” kata Riza, seperti dikutip dari Antara, Kamis (21/2).
Manajer Ekspor Impor Freeport Indonesia Edwin Kailola mengatakan pada Desember 2018 pihaknya mengirim sebanyak 60 unit truk tambang Komatsu tipe 930 ke tambang di Peru, Amerika Selatan. Tahun ini, Freeport berencana mengirim sejumlah truk tambang lainnya ke sejumlah perusahaan pertambangan di wilayah Amerika Utara.
“Kami akan sibuk dengan pengiriman beberapa peralatan tambang ke luar negeri,” jelas Edwin.
Edwin mengatakan mengingat operasi tambang Grasberg akan segera berakhir dan produksi tambang bawah tanah masih belum maksimal, maka diperkirakan kegiatan ekspor konsentrat PT Freeport pada 2019 akan mengalami penurunan drastis dibanding tahun-tahun sebelumnya.
“Pada 2019 ini prioritas kami yaitu mendukung pengelolaan konsentrat melalui pabrik smelter yang ada di Gresik. Memang masih ada ekspor konsentrat ke luar negeri, namun volumenya tidak signifikan seperti tahun-tahun sebelumnya,” jelas Edwin.
Kepala KPPBC Amamapare I Made Aryana mengatakan peralatan tambang yang akan diekspor Freeport tersebut merupakan barang bekas impor yang menggunakan “master list”.
“Barang-barang tersebut saat masuk tanpa pungutan. Sekarang ini mereka kirim ke luar karena sebelumnya digunakan di area tambang Grasberg, namun sekarang tidak terpakai lagi,” jelas Made.
Menurut dia, pengiriman barang-barang bekas tambang Grasberg tersebut ke luar negeri tidak dikenakan pungutan biaya jika sesuai “master list”.
Sebagai informasi, cadangan tembaga, emas, dan perak di lokasi tambang terbuka Grasberg ditemukan pada akhir tahun 1980-an dan mulai berproduksi sejak 1990-an.
Sumber : CNNIndonesia.com